tamu

Adalah sebuah kehormatan jika Anda berkenan mengisi buku tamu ini dengan komentar atau apapun yang dirasa berguna. Terima kasih telah berkunjung. Di lain waktu, jangan sungkan untuk kembali…..

69 thoughts on “tamu

  1. Rosita Indah Sari (Ita)

    Ih….lucunya berforse sambil terbang, kaya supermen, pesen ta cuma bilang qt tetap semangat tuk menyuarakan keadilan dan memberikan hak asasi untuk umat beragama, terkait dengan kejadian (Habib palsu, Kejar “Nabi Palsu”) tetep semangat!!!!

    Like

    • Ahmad Fadly

      Ass. bro …. n salam perjuangan ….. ketika 2009 meneriakkan pekiknya dan berusaha menyerahkan tampuk perjuangan ke 2010, saat itu pula pandangan terlena oleh desir derita bahagia dengan perginya Sang Penakluk Toleransi “Gus Dur”. Namun riak-riak sunyi tak mengentarkan sendi keadilan di negeri ini. Maju terus indonesia n bravo ….

      Like

  2. Rosita Indah Sari (Ita)

    Ih…lucunya berforse sambil terbang, kaya supermen, pesen ta cuma bilang kalo qt tetap semangat tuk menyuarakan keadilan dan memberikan hak asasi manusia untuk beragama, terkait dengan kejadian (Habib Palsu, Kejar “Nabi Palsu”)) Tetap semangat!!!!

    Like

  3. denhasmubaroq

    om pasca aksi qta di bgr saya dikampung jadi sorotan masyarakat, seolah-olah masyarakat menjastivikasi bahwa saya murtad, sesat dll. tpa saya mencoba untuk berdialog dan mentranformasikan hakikat pluralisme kpd mereka namun yang ngerti cuman beberapa ekor aza….

    Like

  4. saidiman

    Terus berjuang Denhas. Hal-hal seperti ini memang resiko perjuangan. Ini belum seberapa. Nabi Muhammad sepanjang hidupnya diancam dibunuh karena membawakan ajaran yang dianggap sesat. Nabi Isa bahkan disiksa dan digantung di kayu salib. Ini belum seberapa…

    Like

  5. wuLan

    Hii ka idhi.. Keren Abizz neh.. teruskan yah perjuangan_mu,wuLan saluT bgt dgn semangat ka Idhi menyuarakan arti sebuah kebebasan beragama dan Pluralisme,, Any way maen donK ke Paramadina,emang ga da pemutaran film lg neh?

    Like

  6. yudi

    kang Diman, moga masih ingat, yudi dari labuan. kang, maaf sebelumnya, masuk blog akang bagus, apa lagi isinya, ilmiah semua, kang bisa masuk ke blog yudi, minta dihiasin…he…he,. termakasih

    Like

  7. saidiman

    Oke deh Bos, aku buka dan cek. Insya Allah mendaftar lagi kalau TOEFLnya memadai. Wah, tampaknya kita harus merumuskan cara belajar bahasa Inggris yang sistematis dan efisien. Ya, bahasa Inggris sebagai sesuatu yang diujikan, tidak sekedar dipraktikkan.

    Like

  8. eko marhaendy

    Nompang lewat mas saidiman, saya eko marhaendy kordinator JarIK Sumatera Utara. Gak ada yang terlalu penting sebagai alasan saya masuk ke blognya mas diman, saya cuma kepengen pamit untuk tulisan-tulisan mas saidiman yang telah dan mungkin akan diposting di blog jarik sumut. sekalian saya mau minta bantuan mas diman agar saya bisa bergabung di milis islamlib. saya udah berulang kali mendaftar tapi gak pernah dibalas. bahkan saya sudah ngomong langsung ke mas Anick ketika berkesempatan ketemu di Jakarta September 2007 lalu. kalau mas diman bisa bantu saya, ini email saya: eko_marhaendy”yahoo.co.id
    sekalian donk buat email dosen saya: irwansyah.betawi”yahoo.co.id (beliau orang yang punya sumbangan pemikiran dan pencerahan luar biasa untuk masa depan Islam liberal, gak percaya? coba aja!

    Like

  9. saidiman

    Yang mengelola milist itu adalah koordinator JIL langsung, Luthfi Assyaukanie. Kalau mau silahkan langsung hubungi. Saya kira kalau langsung berhubungan dengan Luthfi akan lebih mudah. Kalau nggak salah sebetulnya ada ratusan email yang masih dalam verifikasi moderator.

    Like

  10. aksa

    Puji Tuhan,
    banyak juga tulisanmu. Aku baru tau neh.
    Selamat berjuang.
    Yakini perjuangan…pantang latah!!!
    Ndri, jaga kang Idhi….
    Tq

    Like

  11. husni

    hai..kali ini saya berkujung secara resmi. melihat blog mu, jadi bahan pelajaran memperbaiki logku. foto yang ada diblogmu, juga diapakai ULIL dim. kalo boleh tahu, siapa yang duuan make?

    Like

  12. FERDIAN

    adakah yang lupa untuk kita bicarakan bersama, sembari duduk berdampingan seperti saudara kandung yang terpisah sejak kecil, atau layaknya sepasang pengantin di pelaminan. adakah?

    Like

  13. FERDIAN

    selamat buat mas saidiman yang bakal ngejalanin sunnah Rasul. moga bahagia. sori ga bisa menuhin undangan, abisnya jauh banget sih. selamat ya!

    Like

  14. Hatim Gazali

    Selamat yach…..Jadi bangga punya kawan yang udah berani untuk menekuni hidup yang lebih serius.
    Aku nyusul nikahnya, tahun depan…….Doain juga bisa nyusul, ntar kita besanan….Ok bung….

    Like

  15. Rohyan

    Salute ! jiwa muda yang berprinsip.
    Berjuang sesuai pilihan sendiri.
    Putih dan hitam perlu dibatasi sekalipun beresiko.
    Kemerdekaan adalah tujuannya.

    Kesan dan doa , semoga tetap menyertai perjuanganmu.Salam

    Like

  16. taher

    Pertama kali baca tulisan abang di Indopos, saya lupa tanggalnya, yang jelas tentang kebijakan larangan memakai jilbab (mungkin itu bukan kebijakan ya atau apa?). Selanjutnya saya baca juga tulisannya terbaru di koran tempo, salut, sangat progresif. Oh iya saya pemerhati Formaci juga cuma belum sempat masuk, keburu lulus. Ditunggu bukunya.

    Like

  17. taher

    Waduh bukan bapak, saya juniormu kok di UIN lagipula saya belum nikah nih. Kalo abang sih bulan depan insaAllah menikah ya ,selamat.skali lagi ditunggu bukunya.

    Like

  18. ferdi

    kata kaum produktif, menikah itu menghambat produktifitas. apa benar? tapi, woman behind the man juga berpengaruh. seperti man behind the gun, punya pistol tinggal picu tapi harus tepat sasaran biar tetap produktif. mas diman harus tetap produktif, ok!

    Like

  19. IMAS NURHAYANI,SE

    SALAM KENAL
    Dengan FRONT KOMUNITAS INDONESIA SATU (FKI-1, Ormas Independen). Utk lebh mengetahui kegiatan dan AD/ART FKI-1 dpt dilihat di Website:www.apindonesia.com (Klik LOGO FKI-1).
    Terima Kasih Imas Nurhayani,SE. Sekretariat:Gd.Dewan Pers. Jl.Kebon Sirih No;32-34 Jakarta Pusat. Tlp:0213503349, 3864167, 0818798586. Email:satufki@gmail.com.

    Like

  20. Himawan pridityo

    Kawan lama tak bersua, masih pengikut setia Heideggar, Islam Liberal dan modernitas utopis. Selalu fanatik dengan kembang-kembang kata di setiap anak kalimat, berpadu dengan retorika kelas wahid. Oh, bagaimana realitas mampu merengkuh keagungan seperti itu? Padahal ia hanya menunggumu di sana laksana gadis lugu dari desa. Sedikit tereduksi memang, tapi jauh lebih penting mengetahui kejujuran dari orang yg tak pernah tahu akan gelapnya pengetahuan dan kesombongan pendeta. Semoga harimu menyenangkan teman.

    Like

  21. ferdi

    mas, maaf aku baru buka email sore ini, aku kemaren langsung off line. ntar jam 10 aku kirim syaratnya. aku juga udah kirim email nama-nama temen-temen yang mau ikut dari lampung. tgl 9 kan paling lambat?

    Like

  22. ferdi

    BIAR

    Biar jadi liar
    Meringkik lapar
    Sedang perutnya penuh akar
    Berduri, berdarah, bergetar
    Lapar….lapar…..terus…lapar

    Biar jadi binal
    Liur membanjir, deras
    Hantam sang putri
    Malu, memalukan, dipermalukan
    Tak tahu malu, hilang kemaluan

    Biar jadi berlari
    Mentari
    Jauh…..oh…..jauh…..oh……
    Mungkinkah kembali? Malang
    Malas tuk kembali

    Aku, MEREKA?
    Tak rindu, tak pilu, tak tahu
    Tak…tak kan bertukar
    Darah iblis jadi darah manusia
    Meski sesamudra dituang di
    Pagi tak bermentari
    Gelap wajah….o…
    bapak-bapakku yang pucat
    masih haus darah rakyat

    (Rawalaut, Awal Tahun 2007)

    DIULANG-DULANG-BUANG-ULANG

    Kemarin ditanam
    Sehelai-demi-sehelai
    Hingga tidur terbuai
    Di sepetak omong kosong

    “Bermimpilah yang indah, jangan tanggung
    Ini dunia mimpi, dunia omong kosong
    Mimpi-omongkosonglah sesuka hati”

    Sampai kosong
    …………………………….

    …………………………….

    …………………………….

    …………………………….
    Pandanglah ke belakang, kosong bukan?
    Kau hanya setangkai melati kering
    Tak lagi wangi, habis dihisap lalat
    Yang dengan omongkosongnya
    Kini jadi kumbang

    Melatiku, kau tetap mimpi
    Dihisap lalat bila kelak jadi kumbang
    Dihisap…
    lalat …
    bila kelak…
    jadi kumbang…
    Beribu lalat telah hisap
    Kau? Kosong…kering…miskin…bodoh!

    Esok genap lima tahun,
    ditanam ulang-dulang-buang
    Ulang…

    (Rawalaut, Awal Tahun 2007)

    DiAku

    Aku raib
    Menjelma dia

    Garis bibirnya hanguskan tubuhku
    Luluh lantak tulang belulangku
    Di belai bola matanya

    Kucari-cari aku
    Tak ada
    Tangan, kaki, kepala,
    Mata, bibir, aroma tubuhku
    Semua menjelma dia

    Larut aku dalam
    DiAku

    (Rawalaut, Awal Tahun 2007)

    FATAMORGANA, NYATA!

    Jalannya jauh…oh, cahaya
    Melotot keluar bola matanya
    Tak tampak, tak sampai
    Buram, muram, suram, curam

    Buku-buku menjelma hantu
    Koyak moyak dicakar
    kuku tajam kata-kata
    Menggigil berselimut gebyar pesta
    asapperutomongkosongototsyahwat…otak kosong!
    Ditingkah derai-gurau orang bodoh

    Gersang rumahku
    Kering sawah-sawahku
    Berlumut rak bukuku
    Mabuk bapak-bapakku
    Selingkuh ibu-ibuku
    Pesta pora lelaki-lelakiku
    Pesolek perempuan-perempuanku

    Kata bidadari…
    Cuma aku yang masih hidup
    Berdiskusi sendirian
    Sedang cahaya itu,
    dibuang sampai ke surga!

    (Rawalaut, Awal Tahun 2007)

    Kontemp(lasi)orer

    La
    Gi
    La
    Gi
    La
    Gi
    La
    Par
    La
    Par…tai!!
    La
    Par…tai!!

    Awas!!
    Ada kutu loncat di rumah-rumah rayap
    Ada koloni rayap gerogoti tiang rumahmu

    (Rawalaut, Awal Tahun 2007)

    SETUMPUK KISAH KERING DI SEPOTONG NEGERI

    Telah lama tak ada derai air mata sudah kering kerontang sumur-sumur tak bermata air mata sudah kering kerontang busung-busung lapar merajalela para penyamun lapar air mata mendelik garang menerjang ke depan benteng para penyamun lapar air mata sudah kering kerontang sumur-sumur berisi lumpur sawah terbelah pecah tangis anak-anak berlari telanjang dada kurus kering kerontang busung-busung lapar merajalela para penyamun lapar air mata sudah kering…
    oo…NOTO NEGORO…

    (Rawalaut, Awal Tahun 2007)

    TRAGEDI MANUSIA, HUJAN, DAN PELANGI

    Hujan enggan menetes
    Apalagi mengguyur
    Hujan kini meniti pelangi

    Tubuhnya turun melandai
    Tanpa bicara menyatu
    Di ujung pelangi
    Berdekapan begitu erat
    Bersama telaga embun suci

    Begitulah setiap kali
    Hujan hendak berkunjung ke bumi
    Ia meniti punggung
    Pelangi yang setia
    Menjuntaikan ujung helainya
    Di kebeningan

    Dahulu,
    Hujan berlari menderas
    Terseok jatuh di pelataran penuh darah
    Ia kembali bangkit berlari
    Lalu terhempas di rumah
    tulang-belulang manusia
    Rupanya tak elok lagi
    Coreng-moreng dan bau

    Hujan pun terbakar
    Tangannya menyapu habis
    Semua kotoran
    Di halaman rumah
    Darah dan tulang belulang

    Pelangi enggan muncul setelah hujan
    ketika itu
    seluruh rumah di penuhi
    tulang belulang dan darah
    manusia
    bermain gembira di atasnya

    kini,
    hujan dan pelangi
    selalu berkunjung bergandengan
    mengisi telaga
    menghiasi telaga
    tempat tulang-belulang
    membersihkan diri
    untuk pulang bersama pelangi
    ke langit, ke cahaya

    meninggalkan
    manusia di pelataran
    sendirian
    menjumputi daging tubuhnya
    sendiri
    kehausan, kekeringan, kepanasan,
    keserakahan, kekenyangan, kekurangan
    tubuh manusianya
    sendiri
    ditinggalkan tulang-belulang
    dari setiap daging yang
    kini memenuhi lambungnya
    sendiri
    tak sanggup berbasuh
    di telaga bersama hujan
    sendirian
    ditinggal tulang-belulang,
    pelangi, hujan……………………Tuhan

    (Rawalaut, Awal Tahun 2007)

    HIKAYAT AWAN HITAM HARAPAN

    Kau tau?
    Aku tak pernah mampu
    Mengucap sebait puisi pun
    Mengeja hurufnya saja
    Tubuhku langsung tenggelam
    Ke dalam bumi

    Kau tau?
    Aku hanya bisa bercerita
    Di bawah mendung
    Hingga lupa jika
    Hujan telah menyelimutiku
    Sejak lama

    Kau tau?
    Ceritaku selalu berupa
    Puisi tentang dirimu
    Dan kelinci-kelinci putih yang
    Berlari riang meski
    Tak ada secuil wortel
    Terjangkau gigi putih mereka
    Kau pun riang seperti mereka

    Kau tau?
    Aku telah mencuri sebuah cerita
    Dari lumbung bapakmu
    Untuk kusuguhkan dihadapanmu

    Kau tau?
    Maaf telah meneteskan air matamu
    Kelinci-kelinci itu dibawa mendung
    Tapi mereka tak pergi
    Lihat, kini mereka datang
    Menyelimuti tubuh kita sampai kuyup

    Kau tau?
    Inilah ceritaku
    Tentang lidahku yang dicuri bapakmu
    Bersama ucap bait tiap puisi dan
    Wortel di dalam darahmu yang dicuri
    Bapakmu dari kelinci-kelinci itu

    Kau tau aku bisu
    Kau tau aku sedang bercerita
    Kau tau bagaimana mengeja mataku
    Mengindranya sebagai puisi
    Kau tau bila ku urai bait air mata
    Bapakmu akan merampas bola mataku
    Kau tau sekuntum mawar tumbuh di
    hatimu untukku
    kau tau aku yang menanamnya
    kau tau aku bisu
    maka teriakkan puisiku untuk bapakmu
    agar kelinci-kelinci putih tak dibawa pergi
    berlari riang menggenggam wortel sesuka mereka
    kau tau aku bisu
    kau tau anak-anak kita kelak tak boleh ikut bisu
    maka teriakkanlah puisiku untuk bapakmu
    kau tau mawar itu takkan pernah layu
    karena di kelopaknyalah puisiku kau simpan
    kau tau
    aku memohon padamu
    berikan mawar itu pada bapakmu
    agar kelinci-kelinci dapat berlari riang
    sambil mengunyah wortel segar
    kau tau
    aku memohon padamu
    dalam kekuyupan
    untuk anak-anak kita kelak agar tidak ikut bisu

    (Rawalaut, Awal Tahun 2007)

    ZIARAH KE MAKAM CAHAYA

    Hanya ada gelap
    Tak tergenggam jalan
    Setelah kau bunuh dia dengan bilah pedang pongahmu

    (Rawalaut, Awal Tahun 2007)

    ________________
    Ferdiansyah Azizi
    Penulis adalah rakyat jelata dan biasa
    Puisi pernah diterbitkan di Koran Mahasiswa Raden Intan
    Dan SKH Lampung Post

    Like

  23. ferdi

    maaf mas, numpang terkenal… he..he.. siapa tau lewat mas diman aku bisa jadi kayak khairil anwar, kan jadi bisa saling tebeng buat terkenal… he..he.. soalnya koran lampung kurang suka dengan suara lantang, sukanya yang melo.. walaupun puisi itu harus lepas dari perspektif penulisnya.. tapi, yah.. intinya numpang tenar deh..thanks

    Like

  24. miftakh

    mas saidiman boleh minta CP’y nda???
    untuk saat ini saya butuh banyak informasi untuk menyusun skripsi mas..terimaksih sebelumnya…
    jika berkenan kirim langsung ke e-mail saya mas….

    Like

  25. Mia Olivia

    Assalamualaikum Pak Saidiman. Aku baru buka blognya, tapi selalu ikuti timeline di twitter Bapak, Pak Luthfi dan Pak Ulil. Semoga kta semua tetap bisa berkontribusi sedikit-banyak untuk kebebasan beragama di Indonesia meski banyak halangan.

    Like

  26. Harry Sasterawan

    Mas Saidiman,

    Salut atas tulisan hasil dari pikiran kritis Anda. Kebanyakan mereka takut ‘Tuhan akan marah’ jika mempergunakan otaknya yang sedari kecil sudah dijejali warisan dogma-dogma dan kebenaran yang relatif. Saya yakin Tuhan akan tersenyum menyaksikan mahluk ciptaanNya mempergunakan otaknya secara maksimal.

    Regards
    Harry Sasterawan

    Like

  27. komedikus erektus

    Blog yang inspiratif. Usul-ulil, eh usul-usil : moga kapan-kapan Mas Saidiman bisa membahas humor dalam perspektif Islam. Apakah humor dapat dimanfaatkan untuk memberi warna kepada Islam sebagai agama yang damai, yang rendah hati, yang tak segan mengritik kekurangan diri sendiri (self-deprecating) a la Gus Dur, sehingga lebih ramah dan humanistik ? Wassalam.

    Like

  28. Malthuf Ready

    Saya kira, untuk mencegah radikalisasi islam di negeri ini maka caranya harus dengan liberalisasi. Doktrin agama yg kuat seringkali melahirkan konflik kemanusiaan yang tak kunjung selesai, bahkan membunuh jiwa adalah jalan menuju surga tuhannya. Salam..!!

    Like

Leave a reply to Wahyu Susilo Cancel reply